Go back to Blogs
Uncategorized

OPINI: Menopause pada Wanita dan Pengaruh Ekonominya

Jakarta Menopause yakni periode transisi reproduksi ke nonreproduksi pada wanita yang yakni periode yang diperlukan dalam kehidupan seorang wanita. Penurunan fungsi ovarium membuat kadar hormon dapat berfluktuasi secara dramatis, yang dapat menyebabkan wanita mengalami hot flashes, insomnia, depresi, dan gejala terkait lainnya.

Gejala fisik dan mental ini dapat menyebabkan penurunan tingkat kesehatan dan kualitas hidup wanita. Kecuali itu, wanita pascamenopause mempunyai peningkatan risiko osteoporosis dan sindrom genitourinary.

Banyak wanita berusia 40-50-an sedang mengalami peri dan menopause. Pengalaman itu distigmatisasi, kesepian, dan menantang di rumah dan di daerah kerja. Namun, tahun-tahun yang sama acap kali pantas dengan wanita yang mengambil proyek yang menantang atau maju ke kepemimpinan.

Hasil sebagian penelitian terupdate menunjukkan bahwa muatan gejala menopause lebih besar ketimbang yang dirasakan secara awam. Sekitar 80 persen wanita mengalami gejala vasomotor (VMS) –hot flashes dan keringat malam — ketika mereka beralih ke fase menopause.

Untuk sebagian besar menopause gejalanya dapat dikelola, tetapi untuk sebagian besar wanita paruh baya, gejala-gejala tersebut dapat secara negatif mempengaruhi tidur, suasana hati, dan kualitas hidup.

Sementara pertanda klinis menunjukkan bahwa gejala vasomotor menopause (VMS) biasanya berlangsung dari 6 bulan sampai 2 tahun. Pun, penelitian baru menunjukkan bahwa bagi banyak wanita durasi gejala jauh lebih lama.

Para peneliti baru-baru ini mengkaji data dari 1.449 wanita perimenopause yang termasuk dalam Study of Women’s Health Across the Nation (SWAN), sebuah studi perhatikan wanita yang memasuki menopause. Mereka melihat bahwa total durasi rata-rata VMS yakni 7,4 tahun. Mayoritas wanita yang termasuk dalam penelitian ini mengalami gejala vasomotor selama lebih dari lima tahun.

Studi lain menilai 2.020 wanita berusia slot gacor server thailand 40 sampai 65 tahun di Australia, menilai prevalensi gejala vasomotor mengaplikasikan Lapangan Mutu Hidup Khusus Menopause. Prevalensi VMS sedang sampai berat yakni 17,1 persen pada wanita perimenopause, 28,5 persen pada wanita pascamenopause yang lebih muda dari 55 tahun, 15,1 persen pada wanita pascamenopause berusia 55 sampai 59 tahun, dan 6,5 persen pada wanita pascamenopause berusia 60 sampai 65 tahun.

Terapi farmakologis untuk gejala menopause digunakan oleh 135 wanita (6,7 persen): 120 wanita mengaplikasikan terapi hormon dan 15 mengaplikasikan obat non-hormon.

Studinya berbeda dalam desain, satu longitudinal dan cross-sectional lainnya, tetapi temuannya serupa dan menunjukkan bahwa gejala vasomotor sedang sampai berat relatif awam pada wanita paruh baya dan tidak terbatas pada perimenopause, tetapi dapat bertahan selama bertahun-tahun di luar periode menstruasi terakhir.

Juga dari catatan yakni penemuan dalam studi kedua, di mana mereka menilai pengobatan, bahwa cuma sekitar 6,7 persen wanita yang menerima pengobatan untuk gejala vasomotor mereka.

Laporan-laporan ini memberi kita ilustrasi yang jauh lebih bagus perihal lintasan gejala vasomotor menopause. Beberapa besar wanita mengalami gejala vasomotor selama periode 5 tahun atau lebih. Mengingat penemuan ini, banyak wanita mungkin tidak berkeinginan melewatinya tanpa pengobatan dan akan memerlukan intervensi yang aman dan ditoleransi dengan bagus selama pemakaian jangka panjang.

Tingkat pengobatan yang rendah dalam populasi ini mencerminkan kecenderungan untuk meremehkan akibat gejala vasomotor dan melabelinya sebagai masalah membuat dongkol tetapi tidak cukup parah untuk menerima perawatan. Atau mungkin, mengingat kekhawatiran yang terkait dengan pemakaian terapi penggantian hormon jangka panjang, wanita mungkin enggan untuk melanjutkan pengobatan dan mungkin tidak menyadari bahwa perawatan non-hormonal mungkin juga tepat sasaran untuk mengelola gejala mereka.